Penipuan Telegram Misi

Pembajakan akun Telegram melalui pertukaran SIM

Dalam penipuan pertukaran SIM, penipu mendapatkan akses ke nomor telepon pengguna dengan menipu penyedia seluler agar mentransfer nomor korban ke kartu SIM lain. Begitu mereka mengontrol nomor tersebut, mereka dapat mengakses akun Telegram dan informasi pribadi lainnya yang terhubung ke telepon. Mereka juga dapat mengatur ulang kata sandi akun, membajak identitas korban, dan mengakses informasi sensitif.

Penipu menggunakan informasi ini untuk mengelabui anggota keluarga atau teman agar memberikan uang mereka.

Tentang Bot Telegram Penghasil Saldo DANA

Sesuai namanya, bot Telegram penghasil saldo DANA gratis adalah aplikasi bot yang diklaim bisa menghasilkan uang atau saldo DANA secara gratis bagi penggunanya.

Cara kerjanya cukup sederhana. Bot akan meminta penggunanya untuk membagikan kode referral. Jika ada yang berhasil masuk melalui kode tersebut, maka kamu akan diberikan komisi dengan nominal sesuai dengan ketentuan dari masing-masing pembuat bot.

Penghasilan dari bot atau channel Telegram ini beragam, mulai dari Rp1.000 per referral hingga ratusan ribu. Namun biasanya, kamu akan diminta melakukan deposit terlebih dahulu untuk bisa mencairkan dana yang sudah dikumpulkan dari mengerjakan misi.

Bagaimana cara melaporkan penipuan Telegram?

Untuk melaporkan penipuan di Telegram, Anda harus menggunakan aplikasi versi web melalui web.telegram.org. Setelah masuk, ikuti langkah-langkah berikut:

Langkah 1. Buka obrolan dengan penipu, dan ketuk tiga titik di sudut kanan atas layar obrolan.

Langkah 2. Gulir ke bawah dan pilih “Laporkan” dari opsi yang tersedia.

Langkah 3. Pilih alasan pelaporan, dan klik “laporkan.”

Aplikasi Alternatif Bot Telegram Penghasil Saldo DANA 2024

Daripada mengandalkan bot Telegram yang palsu dan menjebak, kamu bisa mendapatkan uang tanpa modal dengan menggunakan beberapa aplikasi penghasil uang terverifikasi dari Jaka. Berikut daftarnya:

Tip 1. Pilih kata sandi yang kuat untuk akun Telegram

Hindari penggunaan kata sandi yang mudah diketahui pada akun Telegram anak Anda. Bantuan mereka memilih kata sandi yang merupakan kombinasi huruf besar/kecil, kata, dan simbol.

Bagaimana cara menghindari penipuan di Telegram?

Dengan meningkatnya aktivitas penipuan di Telegram, mengetahui penipuan Telegram ini dan cara menghindarinya menjadi suatu keharusan. Berikut adalah tips praktis untuk bantuan Anda tetap aman di Telegram:

Metode 1. Aktifkan verifikasi dua langkah

Telegram memungkinkan setiap pengguna untuk mengaktifkan verifikasi dua langkah, karena ini menambah lapisan keamanan ekstra pada akun mereka. Untuk melakukan ini:

Langkah 1. Buka pengaturan di Anda aplikasi Telegram.

Langkah 2. Klik privasi dan keamanan. Pilih “Verifikasi Dua Langkah.”

Langkah 3. Anda akan diminta untuk menetapkan kata sandi tambahan.

Langkah 4. Lakukan itu, dan kembali ke pengaturan .

Langkah 5. Selanjutnya, Anda perlu mengatur email pemulihan. Masukkan alamat email, dan kode akan dikirim untuk memverifikasi email.

Langkah 6. Masukkan kode, dan kembali ke pengaturan . Verifikasi dua langkah Anda telah diaktifkan.

Metode 2. Verifikasi keaslian

Selalu periksa kembali keabsahan pesan, terutama jika berkaitan dengan informasi pribadi atau pembayaran. Meskipun pesan ini berasal dari orang tepercaya, sebaiknya hubungi melalui video atau audio untuk mengonfirmasi, sebelum membagikan detail sensitif. Terkadang, akun mereka mungkin juga telah disusupi, dan penipu menggunakannya untuk mengakses Anda.

Selain itu, Anda dapat menggunakan pengatur waktu pesan Telegram untuk menetapkan batas berapa lama pesan diperbolehkan muncul di kotak obrolan Anda dan penerima tepercaya. Lakukan ini, kalau-kalau akun mereka diretas di kemudian hari.

Metode 3. Bergabunglah dengan saluran tepercaya

Selalu bergabung dengan saluran terverifikasi dan tepercaya untuk mendapatkan berita, pembaruan, peluang investasi, dan interaksi grup. Jika tawaran tersebut mencurigakan atau terlalu muluk-muluk, disarankan untuk keluar dari grup tersebut.

Metode 4. Batasi informasi pribadi

Berhati-hatilah dalam membagikan detail pribadi, bahkan dengan kontak yang tampak familier.

Ini adalah kisah tragis yang harus kuhadapi pada tanggal 17 Ramadan 1445 Hijriyah atau 28 Maret 2024 lalu. Di masa pensiun, ketika sudah tidak lagi menerima gaji, aku terjebak dalam penipuan “menyelesaikan misi bersama” dalam mempromosikan Drama Korea iQIYI atas nama PT Fastech Media Indonesia. PT Fastech Media Indonesia sendiri sepekan setelah kejadian melalui Instagram telah menyatakan bahwa event iQIYI itu adalah hoax, .

Pada awalnya, aku enggan menceritakan, bahwa aku telah tertipu dan rekening tabunganku disapu bersih penipu, namun memutuskan untuk menceritakannya setelah mengetahui, masih ada saja, yang tertipu dengan modus kurang lebih sama.

Ketika aku bercerita bahwa aku telah tertipu dan uang tabunganku melayang hingga Rp86,5 juta, respon yang kuterima hampir serupa,” Lho, kok bisa?” Sejujurnya, itu pertanyaan yang sama dari diriku sendiri. Kok bisa aku tertipu? Sebagai orang yang dianggap memiliki wawasan cukup luas terkait berbagai masalah ekonomi bisnis, cukup aneh jika tertipu. Qodarullah, aku memang tertipu. Terasa konyol dan bodoh, tapi itulah yang terjadi. Aku sedang lengah.

Saat itu, siang hari sekitar pukul 10.30, aku tengah merebahkan diri setelah terapi sambil membaca berbagai pesan grup di aplikasi telegram. Ada grup yang asing dan aku tidak tahu siapa yang mengundang. Aku diajak ikut mempromosikan Drama Korea, dan dijanjikan dapat komisi. Pada awalnya aku menolak dan keluar dari grup. Namun, tak lama kemudian, seorang bernama Mifta Zahla mengirim pesan dan mau membantuku jika ada kendala.

“Saya akan bantu Kakak, jika ada kendala,”kata Mifta dalam pesan pribadi di Telegram.

“Tidak ada kendala apa-apa, saya hanya tidak tertarik dan tidak mau ikut,” jawabku.

Mifta terus berusaha meyakinkanku untuk ikut event tersebut, dan singkat cerita, akhirnya aku terbujuk untuk bergabung melakukan tugas mempromosikan Drama Korea. Mifta mengarahkan aku ke seorang mentor bernama Irfan Leosandi dan mengaktifkan tugas, dengan beberapa opsi pembayaran dan komisi yang didapat.

Mentor Irfan mengarahkanku untuk bergabung ke Grup Telegram Kombinasi 669. Di dalam grup itu, Mentor Irfan memberikan 10 tugas, yang harus dilakukan para peserta, yang saat itu sebanyak 11 orang. Pada awal pelaksanaan tugas, para peserta diarahkan untuk memilih satu dari 3 opsi, dengan biaya dan komisi yang berbeda. Saya memilih opsi dengan biaya paling murah, karena saat itu hanya coba-coba, yakni 100.888 dengan komisi sekitar 21 ribu rupiah. Setelah membayar 100.888 dan menjalankan tugas dengan menscreenshot poster iklan drama korea, aku menerima dana sekitar 121 ribu rupiah yang ditransfer ke rekeningku. Setelah itu, Mentor Irfan mengarahkanku untuk melakukan top up, dengan opsi satu juga sebesar 500 ribu rupiah, dan memberikan tugas berikutnya. Setelah selesai, dana sebesar 600.000 rupiah masuk ke rekeningku. Nilai top up kemudian naik menjadi 2.800.000 untuk opsi 1, 4.800.888 (opsi 2) dan 8.800.888 (untuk opsi 3). Setelah membayar 2.800.000 dan menyelesaikan tugas, pihak penyelenggara event tidak menstransfer dana seperti sebelumnya dan Mentor Irfan memberikan tugas berikutnya hingga tugas ke 7. Pada tugas ke 7 ini, Mentor Irfan mendorong untuk melakukan top up senilai 13.000.888. Aku mulai ragu. Mentor Irfan menyebut, para peserta harus melakukan top up jika ingin pencairan dana yang telah dibayarkan beserta komisinya. Seluruh peserta begitu semangat membayar biaya top up dan mengirimkan screenshot bukti transfer top up. Di tengah keraguanku membayar biaya top up, salah seorang peserta dalam Grup Kombinasi 669 ini, mengirim pesan pribadi dan mengatakan bahwa ia juga ikut event karena tetangganya benar-benar menerima komisi dari event ini.

Aku seperti orang yang terhipnotis kehilangan akal. Aku terus transfer ke nomor rekening Bank DBS yang dituju:1707659799, atas nama Sandra Aliyah sebesar 13.800.888 hingga tugas ke 10, harus transfer 26.000.888. Aku mulai panik dan marah. Aku masih berpikir untuk bisa mencairkan uang yang sudah kutransfer, hingga mau melakukan transfer. Aku pikir aku bisa menyelamatkan uangku.

Daar! Seperti petir di siang bolong, aku tersadarkan, bahwa komisi tidak cair, meski telah menjalankan tugas ke 10 atau tugas terakhir. Mentor Irfan menyebut, para peserta harus membayar pajak 33 juta agar bisa mencairkan seluruh dana yang telah disetorkan beserta komisi sebesar 99 juta rupiah. Aku mulai marah dan berdebat panjang dengan Mentor Irfan. Sementara, peserta lainnya dengan mudah menyerahkan dana 33 juta rupiah agar bisa mencairkan dana 99 juta rupiah tersebut. Dua dari 11 peserta, mendapatkan pencairan dana 99 juta dan keduanya diijinkan untuk keluar grup, sementara 9 peserta sisanya, masih harus menyetorkan dana 33 juta rupiah. Aku tidak mau membayar 33 juta yang disebut Mentor Irfan sebagai pajak untuk menghindari money laundering. Alasan yang tidak masuk akal bagiku. Selain itu, aku juga sudah tidak punya uang lagi.

Mentor Irfan marah dan mendesak agar aku segera mencari pinjaman, termasuk pinjaman online. Aku menolak pinjaman online. Irfan pun terus mendesak agar aku membayar dan menyarankan aku untuk meminjam ke orang yang sudah mendapatkan pencairan dana. Satu dari dua orang peserta, yang disebut telah menerima pencairan dana 99 juta, bernama Ridduwaan, bersedia membantu 20 juta rupiah dan dikirimkan langsung ke rekening Sandra Aliyah. Sementara aku harus menambahkan 13,5 juta. Akhirnya aku menyetujui untuk mengirimkan 13,5 juta rupiah, dari dana di rekeningku yang tinggal tersisa 15 juta rupiah, yang kukirimkan ke rekening BCA nomor 9503113500888 atas nama Ayuni Adha Febbyaningtyas. Ridduwaan meminjami uang 20 juta, namun tidak mengirimkan uangnya ke rekeningku, melainkan langsung ke penyelenggara, atas nama Sandra Aliyah. Setelah aku mentransfer dana tersebut, tetap saja tidak cair, dengan alasan, sistem sedang limit score, karena banyak pencairan senilai 100 juta, sehingga peserta harus menambah setoran 10 juta untuk bisa mencairkan dana beserta komisi 150 juta. Mentor Irfan menyebut, pihak perusahaan telah memberikan keringanan, dari yang seharusnya membayar 50 juta rupiah.

Aku sudah menyerah. Semua anggota grup setor lagi 10 juta kecuali aku. Mereka mengirimkan screenshot transferan 150 juta untuk meyakinkan bahwa komisi yang dijanjikan benar-benar nyata.

Aku tetap menyerah, aku harus berhenti. Mentor Irfan marah dan menyebut aku satu-satunya dari 10 ribu peserta yang paling bawel dan tidak mau usaha.

“Gunakan otak sehat. Uang 150 juta tidak akan cair kalau tidak menambah 10 juta, “ kata Irfan.

“Kamu harus berusaha maksimal seperti yang lain. Mereka bisa pinjam ke sana kemari untuk bisa memenuhi setoran, ” lanjut Irfan.

Meski “hanya” 10 juta, aku tetap harus berhenti. Aku sudah kehilangan seluruh tabunganku, dan aku tidak mau menambah utang yang 10 juta.

Keesokan harinya, Mifta mengirim pesan agar aku membayar 10 juta agar pencairan 150 juta bisa dilakukan. Dia terus mendesak dan bahkan menyarankan untuk pinjam uang 10 juta ke Pinjol. Dia juga mengaku perusahaannya sudah memberikan keringanan penurunan setoran dari seharusnya 50 juta.

Aku terguncang, marah dan merasa bodoh. Aku didera penyesalan karena terbujuk untuk mencoba ikut serta event promosi drama Korea. Namun, aku harus fokus mengatasi masalah keuanganku. Ini adalah pelajaran bagiku, untuk tidak lengah menghadapi berbagai macam modus penipuan yang sangat marak terjadi. Korban penipuan terus ada, setelah aku, dengan modus yang kurang lebih sama. Pada pertengahan bulan Mei, setidaknya ada dua orang yang kena tipu, dengan kerugian 147 juta dan 120 juta rupiah. Beware! Banyak penipu yang siap menyapu bersih saldo rekening Anda dengan berbagai cara. (JG)

Diluncurkan pada 14 Agustus 2013, Telegram saat ini menjadi salah satu platform perpesanan terpopuler. Saat ini memiliki lebih dari 900 juta pengguna aktif bulanan. Sebagian besar pengguna ini lebih memilih Telegram karena tingkat privasi dan keamanannya yang tinggi. Ada juga fitur berbagi file berukuran besar, tidak seperti kebanyakan platform media sosial yang hanya mengizinkan berbagi file berukuran bit.

Pada April 2020 hingga 2024, Telegram tumbuh sebanyak 500 juta pengguna. Di antara pengguna tersebut terdapat penipu yang ingin memanfaatkan pengguna lain. Belakangan ini terjadi peningkatan Telegram penipuan secara nasional. Oleh karena itu, kami menganggap pantas bagi pengguna untuk mempersenjatai diri dengan pengetahuan yang diperlukan untuk melindungi diri dari penipuan ini.

Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi delapan penipuan Telegram yang umum terjadi pada tahun 2024 dan memberikan tips tentang cara mengidentifikasi dan menghindarinya.

Bagaimana cara menghadapi penipu Telegram?

Saat Anda mengidentifikasi penipuan atau penipu Telegram, tidak disarankan untuk terus berkomunikasi. Kami menyarankan untuk memblokir penipu, melaporkan akun tersebut ke Telegram, dan menghindari interaksi lebih lanjut. Selain itu, segera keluar dari grup Telegram mencurigakan yang menawarkan penawaran tidak realistis.

MOMSMONEY.ID - Saat ini, banyak modus penipuan di Telegram. Hal ini harus Anda waspadai. Jika Anda pernah menerima pesan tentang seseorang yang menjanjikan peluang penghasilan besar dengan sedikit usaha, Anda patut mencurigainya.

Ada cara melaporkan modus penipuan di Telegram. Oleh karena itu, Anda perlu mengenali ciri-cirinya dan melaporkannya.

Modus penipuan di Telegram biasa dilakukan dengan mengirimkan iklan hingga pesan peniruan seperti mengaku sebagai orang lain yang Anda kenal.

Baca Juga: Telegram Tidak Bisa Di-Update? Simak Penyebab dan Cara Mengatasinya

Mengutip Itgeared, berikut beberapa ciri modus penipuan di Telegram yang kerap terjadi:

Banyak penipu menggunakan ketidaktahuan orang untuk menipu mereka dengan berita kripto.

Mereka dapat berbicara tentang kemungkinan lonjakan beberapa kripto atau bagaimana mereka ahli dan ingin menawarkan pelajaran. Jangan tertipu.

2. Iklan dan voucher palsu

Saat menggunakan Telegram, Anda pasti menemukan pesan dari seseorang yang mencoba menipu Anda agar percaya bahwa Anda adalah pemenang yang beruntung.

Scammer membagikan tautan dan pesan yang merupakan voucher yang mengatakan betapa beruntungnya Anda menjadi pemenang.

Terkadang, mereka dapat berbicara tentang beberapa iklan di mana Anda dipilih untuk bergabung dan mendapatkan hadiah besar.

Saat Anda menerima pesan Telegram baru dari seseorang yang mengaku sebagai orang lain yang Anda kenal itu adalah kasus peniruan identitas.

Penipu akan mencoba mengelabui Anda agar percaya bahwa mereka adalah orang terkenal atau seseorang yang Anda kenal.

Mereka kemudian dapat memanfaatkannya untuk mengeksploitasi Anda secara finansial dengan alasan meminjam uang karena hal mendesak. Hati-hati.

Penipu akan membagikan pesan yang berisi tautan phishing. Saat penerima menge-tap tautan tersebut, mereka berisiko menginstal malware yang memungkinkan scammer untuk menggelar dan mengeksekusi penipuan mereka.

Jadi, jangan sembarangan untuk klik tautan yang dikirimkan oleh orang tidak Anda ketahui.

5. Channel dan grup palsu

Saat Anda berada di saluran atau grup Telegram palsu, Anda berisiko cepat ditipu dengan berbagai cara.

Misalnya, seseorang dapat membuat saluran Telegram palsu namun menyamar sebagai saluran asli.

Jika tidak tertarik, Anda enggak akan melihat penipuan tersebut dan mungkin pada akhirnya akan membagikan informasi atau uang Anda. Misalnya, banyak saluran palsu yang mengklaim membantu donasi dan layanan kemanusiaan.

Baca Juga: Ingin Ubah Nada Dering WhatsApp Jadi Antimainstream? Begini Cara Mudahnya

Itulah beberapa modus penipuan di Telegram. Lalu bagaimana cara melaporkan penipu di Telegram?

Anda bisa langsung melaporkan penipu di Telegram melalui aplikasi tersebut. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan bot yang ada di Telegram.

Cara melaporkan penipu di Telegram

Telegram memiliki alamat e-mail yang dapat Anda gunakan untuk melaporkan scammer. Dengan metode ini, ambil tangkapan layar dan nama pengguna scammer.

Buka aplikasi e-mail Anda dan buat email baru ke [email protected]. Tambahkan subjek dan bagikan tangkapan layar dan nama pengguna scammer.

2. Melalui bot Telegram

Di akun Telegram Anda, Anda dapat mencari bot @notoscam dan mengunggah tangkapan layar scammer dan nama pengguna mereka. Telegram akan menindaklanjuti kasus Anda.

Baca Juga: 30 Stiker Selamat Berbuka Puasa, Bagikan di Grup WhatsApp dan Telegram

3. Melalui opsi laporan

Saat Anda menemukan saluran atau grup penipuan:

- Buka dan ketuk tiga titik di bagian atas.

- Pilih opsi “ Laporkan ” dan berikan detail yang diperlukan.

Anda juga dapat menekan lama pesan penipuan dan memilih “Laporkan".

Nah, itulah cara melaporkan penipu di Telegram. Anda bisa menggunakan beberapa cara di atas untuk melaporkan penipu. Anda perlu waspada mengenai modus penipuan di Telegram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Telegram adalah salah satu aplikasi chatting populer saat ini. Selain karena menawarkan fitur privasi yang kuat, banyak pengguna juga tertarik mencoba bot Telegram penghasil saldo DANA yang diklaim manjur menambah penghasilan.

Apakah bot Telegram penghasil uang 2024 betulan membayar? Setelah Jaka telusuri, kebanyakan link Telegram penghasil uang tanpa modal hanyalah hoaks semata. Tapi jangan khawatir, berikut ini Jaka sudah siapkan aplikasi penghasil uang asli terbukti membayar yang bisa kamu coba.

Disclaimer:Hati-hati dalam menggunakan bot Telegram penghasil uang. Pasalnya, tak semua jujur dan membayar. Ada yang justru mengambil data pribadi kamu atau meminta kamu untuk membeli sesuatu dengan diiming-imingi balik modal alias cuan besar. Uangmu kemungkinan tak akan kembali. Sebaiknya jangan tanam modal apa pun agar tidak rugi.

Penipuan peniruan identitas peringkat AI-gen

Penipu kini menggunakan Kecerdasan Buatan (AI) untuk menyamar sebagai anggota keluarga, teman, pejabat pemerintah, dan orang tepercaya lainnya. Seringkali, mereka melakukan hal ini dengan mengkloning suara, membuat audio/video, atau menggunakan gambar palsu untuk membuat Anda yakin bahwa Anda sedang berbicara dengan orang tepercaya, pejabat, atau anggota keluarga. Dengan AI, mereka menciptakan interaksi realistis yang menipu pengguna agar mentransfer uang atau berbagi informasi pribadi.

Di saat krisis global atau bencana alam, penipu mengeksploitasi niat baik masyarakat dengan menyamar sebagai organisasi amal. Mereka mengirimkan pesan mendesak untuk meminta sumbangan, sering kali menggunakan situs web palsu atau tautan sumbangan. Misalnya saja, ketika terjadi keadaan darurat kemanusiaan, para penipu telah menciptakan kelompok amal palsu dan memangsa pengguna Telegram yang tidak menaruh curiga. Kita harus waspada, karena para penipu ini berupaya keras untuk membuat badan amal ini terlihat nyata. Mereka mengirimkan tautan atau permintaan pembayaran, menarik empati pengguna. Para korban sering kali menyumbangkan uang, karena yakin bahwa mereka mendukung tujuan mulia, namun kemudian menyadari bahwa amal tersebut palsu.

Bagaimana cara mengetahui apakah pengguna Telegram adalah bot?

Bot sering kali membalas secara instan dan menggunakan sistem pesan otomatis. Selain itu, bot Telegram juga memiliki akhiran “bot” yang ditambahkan ke dalamnya.